Lampiran
Materi Bahasa Indonesia
Kelas /Semester :
X/Ganjil
Materi Pokok : Mengembangkan
Pendapat dalam Eksposisi
Kompetensi Dasar
3.3 Mengidentifikasi (permasalahan, argumentasi, pengetahuan, dan rekomendasi) teks eksposisi yang didengar dan atau dibaca
3.4 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksposisi
4.3 Mengembangkan isi (permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi) teks eksposisi secara lisan dan / tulis.
4.4 Mengonstruksikan teks eksposisi dengan memerhatikan isi (permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi), struktur dan kebahasaan.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3.1 Mengidentifikasi tesis, argumen, dan rekomendasi dalam teks eksposisi
3.3.2 Membedakan fakta dan opini dalam teks eksposisi.
3.3.3 Melengkapi tesis dengan argumenn.
3.3.4 Menyampaikan kembali isi teks eksposisi dengan bahasa yang berbeda.
3.4.1 Mengungkapkan struktur teks eksposisi
3.4.2 Membandingkan kebahasaan dua teks eksposisi.
3.4.3 Menentukan gagasan pokok dan gagasan penjelas dalam teks eksposisi.
4.3.1 Menyusun isi (permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi) teks eksposisi secara lisan dan / tulis.
4.3.2 Menyusun ulang gagasan kedalam teks eksposisi
4.3.1 Membuat teks eksposisi dengan memerhatikan isi (permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi), struktur dan kebahasaan.
Pertemuan
Kesatu
A.
Menyampaikan Ide Melalui Anekdot
1.
Mengkritisi Teks Anekdot dari Aspek Makna
Tersirat
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendengar atau membaca cerita lucu.
Cerita lucu tersebut bisa jadi hanya merupakan cerita rekaan, tetapi banyak
juga yang didasarkan atas kejadian nyata. Ada cerita lucu yang dibuat
benar-benar untuk tujuan menghibur, tetapi ada juga yang digunakan untuk tujuan
lainnya. Salah satu cerita lucu yang
banyak beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan untuk
menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot
ialah cerita singkat yang menarik karena
lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh
masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata
ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali,
partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot
tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak
berasal dari kejadian nyata.
.
2.
Mendata Pokok-pokok Isi
Anekdot
Sekarang,
tutuplah bukumu dan mintalah dua orang temanmu secara berpasangan untuk membaca
dialog teks anekdot. Dengarkan anekdot tersebut. Agar dapat mendengarkan dengan
baik, lakukanlah hal-hal berikut:
a)
Berkonsentrasilah pada yang
akan didengarkan agar dapat mencatat
b)
pokok-pokok yang menjadi
permasalahan.
c)
Selama mendengarkan
anekdot, jangan melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan temanmu atau
menulis catatan.
d)
Tutuplah bukumu dan
dengarkanlah contoh-contoh berikut ini yang dibacakan oleh gurumu atau temanmu.
Contoh 1
Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di
kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang
berbincang-bincang.
Tono : “Saya heran dengan dosen ilmu politik,
kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono : “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin :
“Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono :
“Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin :
“Loh, apa hubungannya.”
Tono : “Ya,
kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin :
“???”
Contoh 2
Cara Keledai Membaca Buku
Alkisah,
seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin
menerimanya dengan senang hati. Namun,
Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu
agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada
Nasrudin. Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai
itu, ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu
untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman
pasti akan ditimpakan kepadanya. Dua minggu kemudian ia kembali ke istana.
Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin
segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu
menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut dan membuka sampulnya. Si
keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan
lidahnya. Terus menerus, lembar demi
lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah
berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya. “Demikianlah, keledaiku sudah
membaca semua lembar bukunya”, kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak
beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin.
Namun, ia minta jawaban, “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?” Nasrudin
berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaranlembaran besar mirip buku.
Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar
membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak ditemukan
biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan
terus sampai ia terlatih membalik balik halaman buku itu “Namun, bukankah ia tidak mengerti apa
yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara
keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya”. Jadi,
kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh
keledai, bukan?” kata Nashrudin dengan mimik serius.
Dari
dua contoh anekdot di atas, jawablah pertanyaan-pertberikut ini.
a)
Siapa yang diceritakan
dalam anekdot tersebut?
b)
Masalah apa yang
diceritakan dalam anekdot?
c)
Temukan unsur humor dalam
anekdot tersebut!
d)
Menurut pendapatmu, selain
menceritakan hal yang adakah pesan
tersirat yang hendak disampaikan pencerita anekdot tersebut?
e)
Mengapa cerita lucu
tersebut disebut anekdot?
3.
Membandingkan Anekdot dengan Humor
Pada
pembelajaran sebelumnya, kamu telah belajar bahwa anekdotadalah cerita singkat
yang lucu dan menarik. Apakah semua cerita lucudapat dikategorikan sebagai
anekdot? Seringkali orang menyamakanantara humor dengan anekdot. Agar dapat mengetahui persamaan dan perbedaan
antara keduanya,bacalah puisi humor berikut ini
Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang
Sayur
Surat
Tukang Buah kepada Tukang Sayur Wajahmu memang manggis sifatmu juga melon
kolis Tapi hatiku nanas karena
cemburu Terasa sirsak napasku Hatiku
anggur lebur Ini delima dalam hidupku Memang ini salakku Jarang apel di malam
minggu Aku ... mohon belimbing-mu Kalo memang
per-pisang-an ini yang terbaik untukmu Semangka kau bahagia dengan pria lain
Sawo
nara
Dari:
Durianto
Balasan dari Tukang sayur
Membalas
kentang suratmu itu rokoli-brokoli sudah kubilang Jangan tiap dateng rambutmu
selalu kucai Jagungmu tak pernah dicukur Disuruh dateng malem minggu eh
nongolnya hari labu Ditambah kondisi keuanganmu
makin hari makin pKalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel Terus terong aja
cintaku padamu sudah lama tomat Jangan
kangkung aku lagi aku mau hidup seledri Cabe dech.
Dari
: Sayurati
Setelah
membaca humor tersebut, jawablah pertanyaan berikut ini.
a.
Apakah ide ceritanya
diangkat dari kejadian nyata?
b.
Apakah masalah yang
diangkat dalam humor tersebut berkaitan dengan
tokoh publik (penting) dan kepentingan masyarakat umum?
c.
Apakah ada makna tersirat
yang disampaikan dalam bentuk kritik
atau sindiran di dalamnya?
d.
Apakah tujuan komunikasi
pencerita hanya untuk menghibur atau ada
tujuan lain?
Pertemuan
Kedua
B.
Mengonstruksi Makna Tersirat dalam Sebuah Teks
Anekdot
1. Membandingkan
Anekdot dengan Humor
Pada
pembelajaran sebelumnya, kamu telah belajar bahwa anekdot adalah cerita singkat
yang lucu dan menarik. Apakah semua cerita lucu dapat dikategorikan sebagai
anekdot? Seringkali orang menyamakan antara humor dengan anekdot. Agar dapat mengetahui persamaan dan perbedaan
antara keduanya, bacalah puisi humor berikut ini.
Contoh
1
Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang
Sayur
Surat
Tukang Buah kepada Tukang Sayur Wajahmu memang manggis sifatmu juga melon
kolis Tapi hatiku nanas karena
cemburu terasa sirsak napasku Hatiku
anggur lebur Ini delima dalam hidupku Memang ini salakku Jarang apel di malam
minggu Aku ... mohon belimbing-mu Kalo
memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu Semangka kau bahagia dengan pria
lain Sawo nara
Dari:
Durianto
Balasan dari Tukang sayur
Membalas
kentang suratmu itu Brokoli-brokoli sudah kubilang Jangan tiap dateng rambutmu
selalu kucai Jagungmu tak pernah dicukur Disuruh dateng malem minggu eh
nongolnya hari labu Ditambah kondisi
keuanganmu makin hari mKalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel Terus terong aja
cintaku padamu sudah lama tomat Jangan
kangkung aku lagi aku mau hidup seledri Cabe dech.
Dari
: Sayurati
Contoh 2
Profesi Anak-anak Penjual
Kue
Bapak
Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue.
Bapak
Presiden : “Sudah berapa lama jualan kue?”
Ibu
Tua : “Sudah hampir 30 tahun.”
Bapak
Presiden : “Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang
bantu?”
Ibu
Tua : “Anak saya ada 4. Yang ke-1 di KPK, ke-2 di
POLDA, ke-3 di Kejaksaan, dan yang ke-4
di DPR. Jadi mereka sibuk sekali, Pak.” Bapak Presiden kemudian
menggeleng-gelengkan kepala karena kagum. Lalu berbicara ke semua hadirin yang
menyertai beliau.
Bapak
Presiden : ”Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa
menjadikan anaknya sukses dan jujur
tidak korupsi, karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah
sejahtera dan tinggal di rumah mewah.”
Bapak
Presiden : “Apa jabatan anak di POLDA, KPK, Kejaksaan
dan DPR?”
Ibu
Tua : “Sama ... jualan kue juga.”
2. Menganalisis
Kritik yang Disampaikan dalam Anekdot
Dalam
kegiatan sebelumnya, kamu sudah memahami bahwa salah satu perbedaan antara
humor dan anekdot adalah pada fungsinya. Humor hanya berfungsi untuk menghibur,
sedangkan anekdot berfungsi untuk menyampaikan makna tersirat (biasanya berupa
kritik). Kritik dalam anekdot seringkali
disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak disampaikan secara langsung. Hal itu
dilakukan untuk menghindari konflik antara pihak yang menyampaikan sindiran
dengan pihak yang disindir. Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan,
kritiknya, dapat diterima oleh pihak yang dikritisi tanpa menimbulkan
ketersinggungan. Untuk itulah, pencerita menggunakan ungkapan yaitu berupa
kata, frasa, atau kalimat yang bermakna idiomatis, bukan makna sebenarnya.
3. Menyimpulkan
Makna Tersirat dalam Anekdot
Pada
pembelajaran sebelumnya, kamu sudah mempelajari bahwa di dalam anekdot terdapat
sindiran yang disampaikan melalui humor. Dalam kegiatan pembelajaran ini, kamu
akan belajar menyimpulkan makna tersirat yang disampaikan melalui anekdot.
Makna tersirat anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal ini tentu saja
tetapi lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat
kritik. Sekarang, mari kita perhatikan lagi anekdot dosen yang juga menjadi
pejabat berikut ini.
Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di
kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Tono
: “Saya
heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau
berdiri.”
Udin
: “Ah, begitu saja
diperhatikan sih Ton.”
Tono
: “Ya,
Udin tahu sebabnya.”
Udin
: “Barangkali saja,
beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono
: “Bukan
itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin
: “Loh, apa hubungannya.”
Tono
: “Ya,
kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Dalam
teks anekdot tersebut, kritik yang disampaikan ditujukan kepada para pejabat
yang takut dan tidak mau turun dari jabatannya atau takut kehilangan jabatan.
Tujuan yang ingin disampaikan tentu bukan hanyamenyindir para pejabat yang tidak
mau atau takut kehilangan jabatannya. Akan tetapi, jauh lebih dari itu, yaitu
agar para pejabat sadar bahwa jabatan itu ada masanya. Ketika masa jabatan
sudah habis, hendaknya para pejabat itu dengan legawa bersedia digantikan oleh
orang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat kamu simpulkan bahwa makna
tersirat yang dimaksud lebih mengarah pada pesan moral yang hendak disampaikan
melalui anekdot. Pesan moral itu dapat dirunut dari kritikan atau sindiran yang
disampaikan lewat anekdot.
Pertemuan
Ketiga
C. Menganalisis
Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
1. Mengidentifikasi struktur anekdot
Anekdot
memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot
memiliki struktur abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
2. Mengenal
Berbagai Pola Penyajian Teks Anekdot
Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun
narasi. Contoh penyajian dalam bentuk dialog, percakapan dua orang atau lebih,
dapat dilihat pada anekdot Dosen yang juga menjadi Pejabat. Salah satu ciri
dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah sebuah
kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang
sama persis seperti apa yang dikatakannya. Perhatikan kutipan berikut ini.'
Tono
: “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar
selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin
: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton
.”
Dari
kutipan anekdot di atas kamu dapat melihat bahwa kalimat angsung memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
a)
Diawali dan diakhiri dengan
tanda petik (“ ....”).
b)
Huruf awal setelah tanda
petik ditulis dengan huruf kapital.
c)
Antara pembicara dan apa
yang dikatakannya dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
Selain
dituliskan dalam bentuk dialog seperti pada anekdot Dosen yang juga Menjadi
Pejabat, ada juga anekdot yang disajikan
dalam bentuk narasi.
Coba
bandingkan bagaimana penulisan kalimat langsung dalam anekdot berikut ini.
Kisah Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi
Pada
puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi. “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda
menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” Saksi menatap
keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan. “Bukankah benar bahwa
Anda menerima lima ribu dolar untuk
berkompromi dalam kasus ini?” ulang pengacara. Saksi masih tidak
menanggapi. Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” “Oh,
maaf.” Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia tadi berbicara denganAnda.”
3. Menganalisi
kebahasaan anekdot
Seperti
juga teks lainnya, anekdot memiliki
unsur kebahasaan yang khas yaitu (a) menggunakan kalimat yang
menyatakan peristiwa masa lalu, (b) menggunakan kalimat retoris, [kalimat pertanyaan
yang tidak membutuhkan jawaban]; (c) menggunakan konjungsi [kata penghubung]
yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu; (d) menggunakan kata
kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan, ; (e) menggunakan kalimat
perintah (imperative sentence); dan (f ) menggunakan kalimat seru. Khusus untuk
anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog, penggunaan kalimat langsung sangat
dominan
Pertemuan
Keempat
D.
Menciptakankembali
teks Anekdot dengan Memerhatikan Struktur dan Kebahasaan
1. Menceritakan
Kembali Isi Anekdot dengan Pola Penyajian yang Berbeda
Setelah
memahami batasan anekdot, isi, struktur, dan ciri kebahasaannya, kamu akan
belajar menulis anekdot. Untuk dapat menulis anekdot, terlebih dulu belajarlah
menuliskan kembali teks anekdot yang kamu dengar atau kamu baca.. Salah satu
cara menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita
dengar atau baca dengan pola penyajian yang berbeda. Tentu saja juga
menggunakan gaya penceritaan yang berbeda.
Namun, penulisan ulang ini tetap harus memerhatikan kebahasaan dan
strukturnya. Berikut ini adalah teks anekdot
Seorang Dosen yang juga Menjadi Pejabat dengan pola penyajian naratif
yang diubah dari teks aslinya yang berbentuk dialog.
2. Menyusun
teks anekdot berdasarkan kejadian yang menyangkut orang banyak atau perilaku
seorang tokoh publik
Dalam
menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal
tersebut adalah menentukan tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan
pola penyajian teks anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan kamu untuk
belajar menyusun anekdot. Jadi, bacalah dengan teliti contoh penyusunan anekdot
agar nantinya kamu bisa menyusun anekdotmu sendiri. Dalam contoh berikut ini,
kamu akan mengetahui bagaimana anekdot
disusun.
Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian
pada kolom ketiga
0 Response to "Mengembangkan Pendapat dalam Eksposisi"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.