Materi Teks Anekdot Kelas 10 Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2018/2019


 Kompetensi Dasar
3.5 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat.
3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot.
4.5 Mengonstruksi makna tersirat dalam sebuah teks anekdot
4.6 Menciptakan kembali teks anekdot dengan memerhatikan struktur, dan kebahasaan.

Indikator Pencapain Kompetensi
3.5.1 Mendata pokok-pook isi anekdot
3.5.2 Mengidentifikasi penyebab kelucuan anekdot
3.6.1 Mengidentifikasi struktur teks anekdot 
3.6.2 Mengenal berbagai pola penyajian anekdot 
3.6.3 Menganalisis kebahasaan teks anekdot 
4.5.1 Membandingkan anekdot dengan humor.  
4.5.2 Menganalisis kritik yang disampaikan dalam anekdot
4.5.3 Menyimpulkan makna tersurat dalam anekdot
4.6.1 Menceritakan kembali isi teks anekot dengan pola penyajian  yang berbeda 
4.6.2 Menyusun teks anekdot  berdasarkan kejadian yang menyangkut orang banyak atau perilaku seorang tokoh publik

A.     Menyampaikan Ide Melalui Anekdot
1.      Mengkritisi Teks Anekdot dari Aspek Makna Tersirat
Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendengar atau membaca cerita lucu. Cerita lucu tersebut bisa jadi hanya merupakan cerita rekaan, tetapi banyak juga yang didasarkan atas kejadian nyata. Ada cerita lucu yang dibuat benar-benar untuk tujuan menghibur, tetapi ada juga yang digunakan untuk tujuan lainnya.  Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita singkat yang  menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.
.
2.      Mendata Pokok-pokok Isi Anekdot
Sekarang, tutuplah bukumu dan mintalah dua orang temanmu secara berpasangan untuk membaca dialog teks anekdot. Dengarkan anekdot tersebut. Agar dapat mendengarkan dengan baik, lakukanlah hal-hal berikut:
a)      Berkonsentrasilah pada yang akan didengarkan agar dapat mencatat
b)      pokok-pokok yang menjadi permasalahan.
c)      Selama mendengarkan anekdot, jangan melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan temanmu atau menulis catatan.
d)      Tutuplah bukumu dan dengarkanlah contoh-contoh berikut ini yang dibacakan oleh gurumu atau  temanmu.

Contoh 1
Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang
berbincang-bincang.
Tono  : “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin  : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono  : “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin  :  “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono  :  “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin  :  “Loh, apa hubungannya.”
Tono  :  “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin  :  “???”

Contoh 2
 Cara Keledai Membaca Buku
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.  Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin. Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu, ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya. Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut dan membuka sampulnya. Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian  si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus,  lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya. “Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya”, kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?” Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaranlembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik balik halaman buku itu  Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya”. Jadi, kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?” kata Nashrudin dengan mimik serius.

Dari dua contoh anekdot di atas, jawablah pertanyaan-pertberikut ini.
a)      Siapa yang diceritakan dalam anekdot tersebut?
b)      Masalah apa yang diceritakan dalam anekdot?
c)      Temukan unsur humor dalam anekdot tersebut!
d)      Menurut pendapatmu, selain menceritakan hal yang  adakah pesan tersirat yang hendak disampaikan pencerita anekdot tersebut?
e)      Mengapa cerita lucu tersebut disebut anekdot?

3.      Membandingkan Anekdot dengan Humor
Pada pembelajaran sebelumnya, kamu telah belajar bahwa anekdotadalah cerita singkat yang lucu dan menarik. Apakah semua cerita lucudapat dikategorikan sebagai anekdot? Seringkali orang menyamakanantara humor dengan anekdot.  Agar dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara keduanya,bacalah puisi humor berikut ini

Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang Sayur
Surat Tukang Buah kepada Tukang Sayur Wajahmu memang manggis sifatmu juga melon kolis  Tapi hatiku nanas karena cemburu  Terasa sirsak napasku Hatiku anggur lebur Ini delima dalam hidupku Memang ini salakku Jarang apel di malam minggu Aku ... mohon belimbing-mu  Kalo memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu Semangka kau bahagia dengan pria lain
Sawo nara
Dari: Durianto
Balasan dari Tukang sayur
Membalas kentang suratmu itu rokoli-brokoli sudah kubilang Jangan tiap dateng rambutmu selalu kucai Jagungmu tak pernah dicukur Disuruh dateng malem minggu eh nongolnya hari labu  Ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin pKalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel Terus terong aja cintaku padamu sudah lama tomat  Jangan kangkung aku lagi aku mau hidup seledri Cabe dech.
Dari : Sayurati

Setelah membaca humor tersebut, jawablah pertanyaan berikut ini.
a.       Apakah ide ceritanya diangkat dari kejadian nyata?
b.      Apakah masalah yang diangkat dalam humor tersebut berkaitan dengan  tokoh publik (penting) dan kepentingan masyarakat umum?
c.       Apakah ada makna tersirat yang disampaikan dalam bentuk kritik  atau sindiran di dalamnya?
d.      Apakah tujuan komunikasi pencerita hanya untuk menghibur atau  ada tujuan lain?

B.      Mengonstruksi Makna Tersirat dalam Sebuah Teks Anekdot
1.      Membandingkan Anekdot dengan Humor
Pada pembelajaran sebelumnya, kamu telah belajar bahwa anekdot adalah cerita singkat yang lucu dan menarik. Apakah semua cerita lucu dapat dikategorikan sebagai anekdot? Seringkali orang menyamakan antara humor dengan anekdot.  Agar dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara keduanya, bacalah puisi humor berikut ini.

Contoh 1
Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang Sayur
Surat Tukang Buah kepada Tukang Sayur Wajahmu memang manggis sifatmu juga melon kolis  Tapi hatiku nanas karena cemburu  terasa sirsak napasku Hatiku anggur lebur Ini delima dalam hidupku Memang ini salakku Jarang apel di malam minggu Aku ... mohon belimbing-mu  Kalo memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu Semangka kau bahagia dengan pria lain Sawo nara
Dari: Durianto

Balasan dari Tukang sayur
Membalas kentang suratmu itu Brokoli-brokoli sudah kubilang Jangan tiap dateng rambutmu selalu kucai Jagungmu tak pernah dicukur Disuruh dateng malem minggu eh nongolnya hari labu  Ditambah kondisi keuanganmu makin hari mKalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel Terus terong aja cintaku padamu sudah lama tomat  Jangan kangkung aku lagi aku mau hidup seledri Cabe dech.
Dari : Sayurati

Contoh 2

Profesi Anak-anak Penjual Kue

Bapak Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue.
Bapak Presiden         :  “Sudah berapa lama jualan kue?”
Ibu Tua                     :  “Sudah hampir 30 tahun.”
Bapak Presiden         :  “Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?”
Ibu Tua                     :  “Anak saya ada 4. Yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA,  ke-3 di Kejaksaan, dan yang ke-4 di DPR. Jadi mereka sibuk sekali, Pak.” Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum. Lalu berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau.
Bapak Presiden         :  ”Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan  anaknya sukses dan jujur tidak korupsi, karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal di rumah mewah.”
Bapak Presiden         :  “Apa jabatan anak di POLDA, KPK, Kejaksaan dan  DPR?”
Ibu Tua                     :  “Sama ... jualan kue juga.”

2.      Menganalisis Kritik yang Disampaikan dalam Anekdot
Dalam kegiatan sebelumnya, kamu sudah memahami bahwa salah satu perbedaan antara humor dan anekdot adalah pada fungsinya. Humor hanya berfungsi untuk menghibur, sedangkan anekdot berfungsi untuk menyampaikan makna tersirat (biasanya berupa kritik).  Kritik dalam anekdot seringkali disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak disampaikan secara langsung. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik antara pihak yang menyampaikan sindiran dengan pihak yang disindir. Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan, kritiknya, dapat diterima oleh pihak yang dikritisi tanpa menimbulkan ketersinggungan. Untuk itulah, pencerita menggunakan ungkapan yaitu berupa kata, frasa, atau kalimat yang bermakna idiomatis, bukan makna sebenarnya.

3.      Menyimpulkan Makna Tersirat dalam Anekdot
Pada pembelajaran sebelumnya, kamu sudah mempelajari bahwa di dalam anekdot terdapat sindiran yang disampaikan melalui humor. Dalam kegiatan pembelajaran ini, kamu akan belajar menyimpulkan makna tersirat yang disampaikan melalui anekdot. Makna tersirat anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal ini tentu saja tetapi lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat kritik. Sekarang, mari kita perhatikan lagi anekdot dosen yang juga menjadi pejabat berikut ini.

Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang  berbincang-bincang.
Tono                         : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin                         : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono                         : “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin                         : “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono                         : “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin                         : “Loh, apa hubungannya.”
Tono                         : “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”

Dalam teks anekdot tersebut, kritik yang disampaikan ditujukan kepada para pejabat yang takut dan tidak mau turun dari jabatannya atau takut kehilangan jabatan. Tujuan yang ingin disampaikan tentu bukan hanyamenyindir para pejabat yang tidak mau atau takut kehilangan jabatannya. Akan tetapi, jauh lebih dari itu, yaitu agar para pejabat sadar bahwa jabatan itu ada masanya. Ketika masa jabatan sudah habis, hendaknya para pejabat itu dengan legawa bersedia digantikan oleh orang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat kamu simpulkan bahwa makna tersirat yang dimaksud lebih mengarah pada pesan moral yang hendak disampaikan melalui anekdot. Pesan moral itu dapat dirunut dari kritikan atau sindiran yang disampaikan lewat anekdot.


C.     Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
1.      Mengidentifikasi struktur anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
2.      Mengenal Berbagai Pola Penyajian Teks Anekdot
Anekdot  dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Contoh penyajian dalam bentuk dialog, percakapan dua orang atau lebih, dapat dilihat pada anekdot Dosen yang juga menjadi Pejabat. Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya. Perhatikan kutipan berikut ini.'

Tono :  “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk,  tidak pernah mau berdiri.”
Udin :  “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton .”
Dari kutipan anekdot di atas kamu dapat melihat bahwa kalimat angsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a)      Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“ ....”).
b)      Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf kapital.
c)      Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
Selain dituliskan dalam bentuk dialog seperti pada anekdot Dosen yang juga Menjadi Pejabat, ada juga anekdot yang disajikan  dalam bentuk narasi.
Coba bandingkan bagaimana penulisan kalimat langsung dalam anekdot berikut ini.
Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.  “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan. “Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk  berkompromi dalam kasus ini?” ulang pengacara. Saksi masih tidak menanggapi. Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” “Oh, maaf.” Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia  tadi berbicara denganAnda.”

3.      Menganalisi kebahasaan anekdot
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki  unsur kebahasaan yang khas yaitu (a) menggunakan  kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu, (b) menggunakan kalimat retoris, [kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban]; (c) menggunakan konjungsi [kata penghubung] yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu; (d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan, ; (e) menggunakan kalimat perintah (imperative sentence); dan (f ) menggunakan kalimat seru. Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan


D.     Menciptakankembali teks Anekdot dengan Memerhatikan Struktur dan Kebahasaan
1.      Menceritakan Kembali Isi Anekdot dengan Pola Penyajian yang Berbeda
Setelah memahami batasan anekdot, isi, struktur, dan ciri kebahasaannya, kamu akan belajar menulis anekdot. Untuk dapat menulis anekdot, terlebih dulu belajarlah menuliskan kembali teks anekdot yang kamu dengar atau kamu baca.. Salah satu cara menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita dengar atau baca dengan pola penyajian yang berbeda. Tentu saja juga menggunakan gaya penceritaan yang berbeda.  Namun, penulisan ulang ini tetap harus memerhatikan kebahasaan dan strukturnya. Berikut ini adalah teks anekdot  Seorang Dosen yang juga Menjadi Pejabat dengan pola penyajian naratif yang diubah dari teks aslinya yang berbentuk dialog.

2.      Menyusun teks anekdot berdasarkan kejadian yang menyangkut orang banyak atau perilaku seorang tokoh publik
Dalam menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal tersebut adalah menentukan tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan pola penyajian teks anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan kamu untuk belajar menyusun anekdot. Jadi, bacalah dengan teliti contoh penyusunan anekdot agar nantinya kamu bisa menyusun anekdotmu sendiri. Dalam contoh berikut ini, kamu akan mengetahui bagaimana anekdot
disusun. Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian pada kolom ketiga


0 Response to "Materi Teks Anekdot Kelas 10 Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2018/2019"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.