SIFAT – SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Kompetensi Dasar
3.1 Menganalisis fenomena sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis)3.2 Membedakan sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit
4.2 Melakukan percobaan untuk menentukan derajat pengionan
3.1.2 Menghubungkannya konsentrasi (molalitas/fraksi mol) dengan sifat koligatif larutan)
3.1.3 Berlatih menyelesaikan perhitungan kimia terkait sifat koligatif larutan™3.2.1 Menyimpulkan perbedaan sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
3.2.2 Menemukan formula untuk menghitung sifat koligatif larutan elektrolit. (melibatkan faktor Van Hoff)
3.2.3 Berlatih menghitung sifat koligatif larutan elektrolit menggunakan formula yang sudah ditemukan™
3.2.4 Menganalisis diagram pT untuk menafsirkan penurunantekanan uap, penurunan titik beku, dan kenaikantitik didih larutan.
3.2.5 Mengamati penurunan titik beku suatu zat cair akibatpenambahan zat terlarut melalui percobaan.
3.2.6 Menghitung penurunan titik beku larutan elektrolit dannonelektrolit berdasarkan data percobaan.
3.2.7 Mengamati kenaikan titik didih suatu zat cair akibatpenambahan zat terlarut melalui percobaan.
3.2.8 Menghitung kenaikan titik didih larutan elektrolit dannonelektrolit berdasarkan data percobaan.
3.2.9 Menjelaskan pengertian osmosis dan tekanan osmotis serta terapannya.
3.2.10 Menghitung tekanan osmotik larutan nonelektrolit
4.1.2 Menyajikan kegunaan prinsip sifat koligatif larutan kenaikan titik didih dalam kehidupan sehari-hari
4.1.3 Merancang percobaan untuk menentukan derajat pengionan.
4.1.4 Menghitung derajat pengionan berdasarkan data percobaan
A. Penurunan Tekanan Uap
Jika zat terlarut bersifat non-volatil (tidak mudah
menguap; tekanan uapnya tidak dapat terukur), tekanan uap dari larutan akan
selalu lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni yang volatil. Secara ideal,
tekanan uap dari pelarut volatil di atas larutan yang mengandung zat terlarut
non-volatil berbanding lurus terhadap konsentrasi pelarut dalam larutan.
Hubungan dalam sifat koligatif larutan ini dinyatakan secara kuantitatif dalam
hukum Raoult: tekanan uap dari pelarut di atas larutan, Plarutan sama dengan
hasil kali fraksi mol dari pelarut, Xpelarut dengan tekanan uap dari pelarut
murni, P°pelarut. Penurunan tekanan uap, ΔP, yaitu P°pelarut−Plarutan
berbanding lurus terhadap fraksi mol dari Xterlarut.
X_{pelarut} = \frac{mol \: pelarut}{mol pelarut + mol \: terlarut} \newline
\newline X_{terlarut} = \frac{mol \: terlarut}{mol \: pelarut + mol \:
terlarut} \newline \newline X_{pelarut} + X_{terlarut} = 1.
P_{larutan} = X_{pelarut} \cdot P_{pelarut}^{\circ} \newline \newline
P_{pelarut}^{\circ} - P_{larutan} = (1-X_{pelarut})P_{pelarut}^{\circ} \newline
\newline \Delta P = X_{terlarut} \cdot P_{pelarut}^{\circ}.
B. Kenaikan Titik Didih
Titik didih dari suatu larutan adalah temperatur ketika
tekanan uapnya sama dengan tekanan eksternal. Oleh karena terjadinya penurunan
tekanan uap larutan oleh keberadaan zat terlarut non-volatil, dibutuhkan
kenaikan temperatur untuk menaikkan tekanan uap larutan hingga sama dengan
tekanan eksternal. Jadi, keberadaan zat terlarut dalam pelarut mengakibatkan
terjadinya kenaikan titik didih; titik didih larutan, Tb, lebih tinggi dari
titik didih pelarut murni, Tb°. Kenaikan titik didih, ΔTb, yaitu Tb−Tb°
berbanding lurus terhadap konsentrasi (molalitas, m) larutan, sebagaimana:
molalitas \: (m) = \frac{mol \: terlarut}{kg \: pelarut} \newline \newline
\Delta T_b = K_b m. di mana Kb adalah konstanta kenaikan titik didih molal
(dalam satuan °C/m) dan m adalah molalitas larutan.
C. Penurunan Titik Beku
Pada larutan dengan pelarut volatil dan zat terlarut
non-volatil, hanya partikel-partikel pelarut yang dapat menguap dari larutan
sehingga meninggalkan partikel-partikel zat terlarut. Hal serupa juga terjadi
dalam banyak kasus di mana hanya partikel-partikel pelarut yang memadat (membeku),
meninggalkan partikel-partikel zat terlarut membentuk larutan yang
konsentrasinya lebih pekat. Titik beku dari suatu larutan adalah temperatur di
mana tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut murni. Pada temperatur
ini, dua fasa – pelarut padat dan larutan cair – berada dalam kesetimbangan.
Oleh karena terjadinya penurunan tekanan uap larutan dari tekanan uap
pelarut, larutan membeku pada temperatur yang lebih rendah dibanding titik beku
pelarut murni — titik beku larutan, Tf, lebih rendah dari titik beku pelarut
murni, Tf°. Dengan kata lain, jumlah partikel-partikel pelarut yang keluar dan
masuk padatan yang membeku per satuan waktu menjadi sama pada temperatur yang
lebih rendah. Sifat koligatif larutan berupa penurunan titik beku, ΔTf, yaitu
Tf° – Tf berbanding lurus terhadap konsentrasi (molalitas, m) larutan,
sebagaimana:
\Delta T_f = K_f m
di mana Kf adalah konstanta penurunan titik
beku molal (dalam satuan °C/m) dan m adalah molalitas larutan.
D. Tekanan Osmosis
Ketika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda
dipisahkan oleh suatu membran semipermeabel — membran yang hanya dapat dilewati
partikel pelarut namun tidak dapat dilewati partikel zat terlarut—maka
terjadilah fenomena osmosis. Osmosis adalah peristiwa perpindahan selektif partikel-partikel
pelarut melalui membran semipermeabel dari larutan dengan konsentrasi zat
terlarut yang lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang
lebih tinggi.
a) sifat koligatif larutan osmosis
Perhatikan Gambar 1. Tekanan osmosis didefinisikan
sebagai tekanan yang diberikan untuk menahan perpindahan netto partikel pelarut
dari larutan dengan konsentrasi pelarut tinggi menuju larutan dengan
konsentrasi pelarut rendah. Bila tekanan eksternal sebesar tekanan osmosis
diberikan pada sisi larutan, maka ketinggian pelarut dan larutan akan kembali
seperti semula.
Tekanan osmosis, π, berbanding lurus terhadap jumlah
partikel zat terlarut, n, dalam suatu volum larutan tertentu, V—yang merupakan
molaritas (M), sebagaimana:
\pi = \frac{n_{terlarut}}{V_{larutan}} RT = MRT.
di mana R adalah konstanta gas ideal (0,0821
L.atm/mol.K) dan T adalah temperatur (dalam satuan K).
b) Sifat koligatif larutan elektrolit kuat
Pendekatan sifat koligatif larutan elektrolit kuat
sedikit berbeda dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Hal ini
dikarenakan sifat elektrolit yang dapat terdisosiasi menjadi ion-ion dalam
larutan, misalnya satu unit senyawa CaCl2 dapat terdisosiasi menjadi 3 partikel
ketika dilarutkan, yakni 1 ion Ca2+ dan 2 ion Cl− .Oleh karena itu, perlu ikut
diperhitungkan faktor van’t Hoff (i) pada perhitungan larutan elektrolit.
i = \frac{nilai \: terukur \: untuk \: larutan \: elektrolit}{nilai \:
ekspektasi \: untuk \: larutan \: elektrolit} \newline \newline i = 1 + (n-1)
\alpha.
di mana n = jumlah ion yang terdisosiasi dari 1 unit formula senyawa ; α =
derajat disosiasi senyawa.
\Delta T_b = i K_b m \newline \newline \Delta T_f = i K_f m.
\pi =
i(\frac{n_{terlarut}}{V_{larutan}}) RT = i MRT.
0 Response to "SIFAT – SIFAT KOLIGATIF LARUTAN"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.