Lampiran materi kd 3.1
Rangkaian Arus Searah
Kompetensi Dasar
3.1 Menganalisis prinsip kerja peralatan listrik searah (DC) dalam kehidupan sehari-har
3.2 Melakukan percobaan prinsip mkerja rangkaian listrik searah (DC) dengan metode ilmiah mberikut presentasi hasil percobaan
Pertemuan Pertama
Ø Pengertian Listrik Arus Searah
Ø Besaran – Besaran Listrik Arus Searah
Ø Arus Listrik
Ø Kuat Arus LIstrik
Ø Potensial Listrik
Ø Hambatan Listrik
Ø Pengertian Listrik Arus Searah
Arus
listrik searah (Direct Current atau DC) adalah aliran elektron dari suatu titik
yang energi potensialnya tinggi ke titik lain yang energi potensialnya lebih
rendah.
Arus
searah dulu dianggap sebagai arus positif yang mengalir dari ujung positif
sumber arus listrik ke ujung negatifnya. Pengamatan-pengamatan yang lebih baru
menemukan bahwa sebenarnya arus searah merupakan arus negatif (elektron) yang
mengalir dari kutub negatif ke kutub positif. Aliran elektron ini menyebabkan
terjadinya lubang-lubang bermuatan positif, yang “tampak” mengalir dari kutub
positif ke kutub negatif.
Contoh
dari penggunaan listrik arus searah yaitu penyaluran tenaga listrik komersil
yang pertama (dibuat oleh Thomas Alfa Edison di akhir abad ke 19) menggunakan
listrik arus searah. Generator komersiel yang pertama di dunia juga menggunakan
listrik arus searah.
Ø Besaran – Besaran Listrik Arus Searah
Dalam
kelistrikan terdapat beberapa besaran, dimana setiap besaran mempunyai simbol
serta satuan masing-masing yaitu :
1 Satuan Elektro Statis ( SES )
2 Satuan Elektro Magnetis ( SEM )
3 Satuan Praktis
Satuan yang dipakai sekarang ini adalah satuan praktis, karena dua satuan yang
lain terlalu rumit untuk dipakai. Berikut beberapa besaran listrik dan simbol
beserta satuannya :
Nama Besaran Simbol Satuan
Ø Arus
listrik I Ampere ( A )
Ø Tegangan
listrik/Beda Potensial E / V / U Volt ( V )
Ø Muatan
listrik Q Coulomb ( C )
Ø Tahanan
listrik R Ohm ( Ω )
Ø Daya
Listrik P Watt ( W )
Ø Usaha
Listrik (energi) W Joule ( J )
Ø Kapasitansi
C Farad ( F )
Ø Konduktansi
G Siemens ( S )
Ø Induktansi
L Henry ( H )
Ø Frekuensi
f Hertz ( Hz )
Ø Fluksi
Magnet ø Weber ( Wb )
Ø Fluksi
Cahaya ø Lumen ( Lm )
Ø Iluminasi
E Lux ( Lx )
Ø Arus Listrik
Arus listrik dapat
mengalir pada suatu penghantar listrik (konduktor), arus listrik terjadi apabila dua kutub yang
bermuatan listrik berbeda pada suatu sumber listrik dihubungkan menggunakan
suatu bahan konduktor. Arus listrik terjadi akibat beda potensial (tegangan
listrik) antara kedua kutub dengan muatan listrik yang berbeda. Arus listrik
mengalir dari medan listrik dengan potensial yang lebih tinggi ke medan listrik
dengan potensial lebih rendah.
Aliran
listrik yang arahnya tetap disebut aliran listrik searah (DC = Direct
Current) dan yang tidak tetap sering disebut aliran listrik bolak-balik (AC
= Alternating Current).
Ø Kuat Arus LIstrik
kuat
arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar
tiap satuan waktu. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan
arah dengan arah gerak elektron.
I = Kuat arus listrik yang mengalir (A)
Q = Muatan listrik (C)
t = Waktu (s)
Ø Potensial Listrik
Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial listrik per satuan muatan listrik. Misalkan ketika berada pada titik a, muatan q mempunyai energi potensial listrik sebesar EPa , maka potensial listrik pada titik a dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan
: V = potensial listrik, EP = energi potensial listrik, q = muatan listrik. Potensial listrik tidak hanya ada di titik
a tetapi juga pada semua titik dalam medan listrik. Titik a
digunakan sebagai contoh. Sebagaimana akan dijelaskan kemudian, potensial
listrik tidak bergantung pada muatan q.
Ø Hambatan Listrik
Hambatan listrik dapat berupa resistor tetap dan variable. Resistor tetap dibuat dari karbo atau kawat nikrom tipis. Sedangkan resistor variable dapat dibedakan menjadi resistor variable tipe berputar dan tipe bergeser. Hambatan listrik erat kaitannya dengan hokum Ohm, yaitu hokum yang menyatakan hubungan antara tegangan, arus , danhambatan listrik pada sebuah penghantar listrik ( konduktor ).
Pertemuan kedua
Ø Hukum Ohm
Ø Hambatan pada kawat penghantar
Ø Rangkaian hambatan listrik
Ø Hambatan seri
Ø Hambatan Paralel
Ø Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu
pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu
berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm
apabila nilai resistansinya tidak
bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan
kepadanya. Walaupun
pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah
"hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm
diekspresikan dengan persamaan:
V=IR
Di mana :
I adalah arus listrikyang
mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
V adalah tegangan listrik yang
terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt.
R adalah nilai hambatan listrik (resistansi)
yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada
tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah
paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated
Mathematically pada tahun 1827.
Ø Hambatan pada kawat penghantar
besar hambatan suatu kawat penghantar 1. Sebanding dengan panjang kawat penghantar. artinya makin panjang penghantar, makin besar hambatannya, 2. Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding dengan hambatan jenis kawat), dan 3. berbanding terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas penampang, makin besar hambatannya. Jika panjang kawat dilambangkan ℓ, hambatan jenis ρ, dan luas penampang kawat A. Secara matematis, besar hambatan kawat dapat ditulis
Ø Rangkaian hambatan listrik
Rangkaian hambatan listrik dibedakan
menjadi dua, yaitu rangkaian
seri dan rangkaian
paralel. Pada rangkaian
listrik, mungkin kita sering menjumpai beberapa hambatan
yang dirangkai secara bersama-sama. Hambatan yang dimaksud di sini bukan hanya
resistor, melainkan semua peralatan yang menggunakan listrik, seperti lampu,
radio, televisi, dan setrika listrik.
Jenis Rangkaian Hambatan
Listrik
Rangkaian hambatan listrik
dibedakan menjadi dua, yaitu seri dan paralel.
Ø Hambatan seri
Hambatan seri adalah rangkaian yang disusun secara berurutan (segaris). Pada rangkaian hambatan seriyang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, besar kuat arus di setiap titik dalam rangkaian tersebut adalah sama. Jadi, semua hambatan yang terpasang pada rangkaian tersebut dialiri arus listrik yang besarnya sama. Bila salah satu hambatan ada yang putus, maka arus listrik pada rangkaian tersebut juga putus/tidak mengalir
Pada gambar diatas, terlihat
dua buah lampu (sebagai hambatan) yang disusun seri. Kuat arus yang mengalir melalui
kedua lampu tersebut sama besarnya, sedangkan tegangannya berbeda (VAB ≠
VBC).
Ø Hambatan Paralel
Hambatan paralel adalah rangkaian yang disusun secara berdampingan/berjajar. Jika hambatan yang dirangkai paralel dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka tegangan pada ujung-ujung tiap hambatan adalah sama. Sesuai dengan Hukum I Kirchoff, jumlah kuat arus yang mengalir pada masing-masing hambatan sama dengan kuat arus yang mengalir pada penghantar utama.
Pada gambar diatas, dua buah lampu (sebagai hambatan) dirangkai paralel. Kuat arus yang mengalir pada lampu 1 (I1) dan lampu 2 (I2) besarnya tergantung nilai hambatannya, sedangkan tegangan yang melewati kedua lampu tersebut besarnya sama.
Pertemuan ketiga
Ø Hukum Kirchhoff II
Ø Perhitungan Energi dan Daya Listri
Ø Hukum Kirchhoff II
Hukum II Kirchhoff berbunyi : “Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (є) dengan penurunan tegangan (I.R) sama dengan nol. Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap.
Hukum II Kirchhoff
dirumuskan sebagai
ΣE +ΣIR = 0
Keterangan :
ΣE = jumlah ggl sumber arus
(V)
ΣIR = jumlah penurunan
tegangan. (V)
I = arus listrik (A)
R = hambatan (W)
Penggunaan Hukum II
Kirchhoff adalah sebagai berikut:
Ø Pilih rangkaian untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah
tertentu. Pemilihan arah loop bebas, tapi jika memungkinkan diusahakan searah
dengan arah arus listrik.
Ø Jika pada suatu cabang, arah loop sama dengan arah arus, maka penurunan
tegangan (IR) bertanda positif, sedangkan bila arah loop berlawanan arah dengan
arah arus, maka penurunan tegangan (IR) bertanda negatif.
Ø Bila saat mengikuti arah loop, kutub sumber tegangan yang lebih dahulu
dijumpai adalah kutub positif, maka gaya gerak listrik bertanda positif,
sebaliknya bila kutub negatif maka penurunan tegangan (IR) bertanda negatif.
Ø Perhitungan Energi dan Daya Listrik
Untuk menghitung energi
listrik dapat digunakan persamaaan matematis yakni:
W = V . I . t
Di mana:
W = Energi listrik
V = tegangan listrik
I = kuat arus litrik
t = waktu
Persamaan W = V . I .
t di atas diajabarkan lagi dengan menggunakan persamaan Hukum
Ohm yaitu:
V = I.R. atau
I = V/R
Sehingga dengan
menggabungkan rumus hukum ohm (V = I.R) dengan persamaan W = V . I .
t maka diperoleh persamaan baru yaitu:
W = V . I . t
W = I. R . I . t (ingat
energi harus di IRIt)
W = I2. R . t
Selain rumus IRIt di
atas juga akan didapatkan rumus yang lain dengan cara yang sama hanya saja
rumus hukum ohm yang digunakan yaitu I = V/R, sehingga rumusnya menjadi:
W = V . I . t
W = V . (V/R) . t
W = V2. t/R
Dari penjelasan tersebut
maka energi listrik dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
W = V . I . t
W = I2. R . t
W = V2. t/R
Lalu bagaimana cara mencari
daya suatu listrik pada suatu rangkaian atau alat?
Kembali lagi anda harus
mengingat konsep daya listrik pada saat anda duduk di kelas IX SMP. Di mana
daya istrik didefinisikan sebagai banyaknya energi listrik tiap satuan waktu.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
P = W/t
di mana:
P = daya listrik
W = energi listrik
t = waktu
selain itu daya
listrik dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
P = W/t
P = V . I
P = I2. R
P = V2/R
Satuan energi listrik adalah
joule (J) dan satuan untuk daya listrik adalah watt (W). Energi listrik yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh pelanggan listrik diukur dengan satuan
kWh (kilowatt-hour).
1 kWh = 3,6 × 106 J
Selain itu ada juga satuan
dari energi listrik dengan satuan kalori.
1 kalori = 4,18 Joule
1 Joule = 0,24 kalori
0 Response to " Rangkaian Arus Searah"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.